Perusahaan saat ini juga mulai
menggunakan akuntansi manajemen untuk mendukung tujuan stratejik mereka.
Akuntansi Manajemen telah berubah peran yaitu tidak hanya berfokus pada
penentuan biaya produk dan pelaporan keuangan, tetapi berfokus juga pada
bagaimana mengembangkan informasi biaya dan informasi lainnya untuk mendukung
pengelolaan perusahaan dan pencapaian tujuan-tujuan stratejik yang disebut juga
manajemen biaya stratejik. Manajemen biaya strategik adalah analisis biaya
dalam konteks luas yang terhubung dengan elemen-elemen strategi secara
lebih sadar, eksplisit, dan formal agar informasi biaya dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi unggul yang dapat mendukung keunggulan kompetitif.
Terdapat 2 strategi umum yang mampu memberikan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan yaitu: strategi biaya rendah dan strategi diferensiasi.
Strategi biaya rendah merupakan strategi perusahaan menghadapi pesaingnya
dengan cara memproduksi produk atau jasa pada biaya yang paling rendah.
Sementara strategi diferensiasi diimplementasikan dengan cara menciptakan
persepsi pelanggan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahan
bersifat unik. Kedua strategi tersebut menyebabkan perlunya sistem akuntansi
manajemen kontemporer untuk memahami kegiatan yang memberikan kontribusi
terhadap rantai nilai (value chain).
Value chain di sini berasal dari
konsep rantai nilai yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Dalam konsep
keunggulan kompetitif (competitive advantage), Porter menjelaskan bahwa
aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa harus melalui suatu urutan proses
tertentu. Sebuah perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif bila manajemen
berhasil memiliki rantai proses yang paling efisien. Dengan kata lain
rantai nilai merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami
secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi
peningkatan nilai pelanggan atau penurunan biaya serta untuk
memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan
perusahaan lain dalam industri sehingga menjadikan perusahaan lebih kompetitif.
Model rantai nilai Porter
memfokuskan pada aktifitas khusus yang dijalankan dalam perusahaan, dimana
strategi kompetitif dapat diterapkan dengan baik dengan dukungan teknologi
informasi. Aktivitas khusus tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 aktivitas,
yaitu aktivitas utama dan pendukung. Aktivitas utama yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan jasa dari perusahaan seperti pelayanan, penjualan dan
pemasaran yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Sedangkan aktifitas pendukung
membantu kelancaran kegiatan aktifitas utama yang terdiri dari infrastruktur
organisasi seperti sumber daya manusia, teknologi dan pembelian bahan yang
dinutuhkan dalam proses produksi. Dalam pengelolaan rantai nilai diperlukan
pemahaman tentang fungsi bisnis, mulai dari manufaktur, pemasaran, distribusi
hingga kepelayanan pelanggan. Ketika pendekatan rantai nilai digunakan dan
nilai pelanggan diutamakan, fungsi – fungsi tersebut saling berhubungan,
keputusan yang satu akan mempengaruhi keputusan yang lainnya.
Dalam upaya penciptaan nilai
internal, sistem akuntansi manajemen kontemporer dapat memanfaatkan sistem
Entreprise Resource Planning (ERP). ERP adalah sistem terpadu berbasis komputer
yang digunakan untuk mengelola sumber daya internal dan eksternal berwujud
termasuk aset, sumber daya keuangan, bahan, dan sumber daya manusia. Ini
merupakan arsitektur perangkat lunak yang bertujuan untuk memfasilitasi aliran
informasi antara semua fungsi bisnis dalam batas-batas organisasi dan mengelola
hubungan dengan para stakeholder di luar. Sistem ERP membantu sistem akuntansi
manajemen kontemporer untuk mengidentifikasi kegiatan sebelum dan sesudah
produksi untuk kemudian dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan internal berarti
bahwa hubungan antar kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan nilai. Misalnya, desain produk dan pengembangan adalah kegiatan
yang terjadi sebelum produksi dan terkait dengan kegiatan produksi. Cara produk
tersebut didesain mempengaruhi biaya produksi. Bagaimana biaya produksi
tersebut terpengaruh membutuhkan pengetahuan mengenai pendorong biaya (cost
driver). Sistem ERP membantu sistem akuntansi manajemen kontemporer untuk
mengidentifikasi pendorong biaya yang dapat membantu para akuntan
manajemen untuk mengurangi biaya produksi sehingga strategi kepemimpinan biaya
atau differensiasi dapat tercapai.
Disamping Peluang, teknologi
informasi juga memberikan tantangan bagi para pelaku sistem akuntansi manajemen
kontemporer yaitu para akuntan manajemen. Perubahan yang cepat dalam bidang
teknologi dan pemrosesan informasi telah merubah bagaimana suatu organisasi dikelola
di masa yang akan datang. Sebagai akibatnya akuntan manajemen sudah seharusnya
bertindak sebagai agen perubahan. Tantangan yang paling penting adalah perlunya
akuntan manajemen untuk mengembangkan keahlian baru dalam sejumlah bidang
seperti misalnya strategi, sumberdaya manusia, manajemen keuangan, dan
teknologi informasi. Selanjutnya, tantangan yang tak kalah menarik adalah peran
akuntan manajemen untuk menyesuaikan kemampuan teknologi informasi dengan
kebutuhan akan infomasi akuntansi manajemen dalam perusahaan, hal ini membuat
peran akuntan manajemen menjadi semakin berarti. Akuntan manajemen dituntut
tidak hanya tahu bagaimana menjalankan sistem akan tetapi harus juga tahu apa
yang harus diperbuat pada sistem sehingga informasi yang akan dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan manajemen. Misalnya saja, pada saat dilaksanakannya proyek ERP
atau impelementasi perangkat lunak akuntansi yang baru peran akuntan
manajemen menjadi semakin banyak, yaitu sebagai pengembang, penganalisa,
pembeli perangkat lunak, konsultan dan pelatih. Perubahan peran yang demikian
drastis tentunya bukan merupakan tantangan yang mudah untuk dihadapi oleh para
akuntan manajemen. Para akuntan manajemen harus mampu menyesuaikan perubahan
tersebut dengan secara terus menerus meningkatkan kemampuannya.
Saat ini banyak perusahaan yang
menyadari bahwa penggunaan teknologi informasi bukanlah merupakan suatu pilihan
tetapi keharusan. Perusahaan menyadari bahwa keterbelakangan dalam bidang
teknologi informasi berarti ketinggalan informasi yang dampak selanjutnya
adalah ketidakmampuan untuk bersaing. sehingga hal ini memberikan tantangan
baru bagi akuntan manajemen. Dalam perencanaan implementasi teknologi informasi
akuntan manajemen harus mampu melakukan analisis biaya dan manfaat secara akurat,
yang perlu dipertimbangkan bukan hanya biaya investasi saja, melainkan juga
biaya perawatan dan biaya operasi, termasuk biaya tenaga ahli dan pemakaian
jaringan pada pihak ketiga. Investasi teknologi informasi yang layak dilakukan,
adalah yang secara jelas berfungsi dalam mendukung proses penambahan nilai bagi
perusahaan.
Download LINK : http://www.ziddu.com/download/ 18790788/1115111060.doc.html